Pada diklat
training bulanan Penyuluh Pertanian BP2KP Kab. Batang (Wilayah Batang II) yang
dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 16 Oktober 2014 diikuti oleh Tim dari KJF
BP2KP Kab. Batang dan semua penyuluh dari BP3K Kec. Limpung, Subah, Banyuputih dan
Gringsing mengambil materi
"Perbanyakan jamur Trichoderma" yang disampaikan oleh Mantri Tani Kec. Kandeman Dispertannak Kab. Batang. Selain itu, hadir pula perwakilan dari petani Poktan Horty Makmur Desa Sidorejo yang sudah menerapkan agensia hayati dan mikroorganisme lokal (MOL) pada komoditas tomat, cabai dan melonnya.
"Perbanyakan jamur Trichoderma" yang disampaikan oleh Mantri Tani Kec. Kandeman Dispertannak Kab. Batang. Selain itu, hadir pula perwakilan dari petani Poktan Horty Makmur Desa Sidorejo yang sudah menerapkan agensia hayati dan mikroorganisme lokal (MOL) pada komoditas tomat, cabai dan melonnya.
Salah satu mikroorganisme fungsional yang dikenal luas sebagai pupuk
biologis tanah dan biofungisida adalah jamur Trichoderma, sp, mikroorganisme
ini adalah jamur penghuni tanah yang dapat diisolasi dari perakaran tanaman
lapangan. Trichoderma, sp disamping sebagai organisme pengurai, dapat pula
berfungsi sebagai agen hayati dan stimulator pertumbuhan tanaman. Trichoderma,
sp dapat menghambat pertumbuhan serta penyebaran racun jamur penyebab penyakit
bagi tanaman seperti cendawan Rigdiforus lignosus, Fusarium oxysporum,
Rizoctonia solani, Fusarium monilifome, sclerotium rolfsii dan cendawan
Sclerotium rilfisil.
Penggunaan pupuk biologis dan agen hayati Trichoderma, sp sangat efektif
mencegah penyakit busuk pangkal batang, busuk akar yang menyebabkan tanaman layu,
dan penyakit jamur akar putih pada tanaman. Penggunaan
pupuk biologis dan biofungisida Trichoderma, sp memang tidak memperlihatkan
dampak manfaatnya secara langsung seperti pupuk ataupun fungisida kimia. Dengan
penggunaan rutin secara berkala pupuk biologis dan biofungisida Trichoderma, sp
akan memberikan mafaat yang lebih baik daripada pupuk dan fungisida kimia.
Pada tahap
starter, bahan yang butuhkan adalah beras, sekam padi, dan biang Trichoderma,
sp. Proses pembiakan starter diawali dengan mengukus campuran 30 kg beras dan
1,5 kg sekam padi selama satu setengah jam, diperkirakan beras telah lengket
tapi tidak terlalu masak. Campuran beras dan sekam padi yang telah dikukus
dimasukan dalam kantong plastik ukuran 1 kg sebanyak setengah dari kantong
plastik kemudian dikukus kembali selama satu jam. Angkat dan dinginkan dalam
ruangan yang bersih (steril) selama 12 jam. Masukan biang Trichoderma, sp ¼
petri ke dalam kantong plastik berisi campuran beras dan sekam kemudian dikocok
sampai tercampur rata. Setelah kantong plastik diikat rapat, susun dan simpan
pada ruangan bersih dan terhindar dari sinar matahari. Trichoderma, sp akan
terlihat tumbuh setelah satu sampai dua minggu. Trichoderma, sp yang telah
tumbuh pada media beras dan sekam disebut dengan starter beras yang selanjutnya
dapat dibiakkan pada media tanah.
Penggunaan
agen hayati Trichoderma, sp di harapkan dapat melepaskan ketergantungan kita
pada bahan kimia. Hal penting yang harus kita ketahui, saat ini tanah kita
sedang sakit akibat penggunaan pupuk kimia yang berlebihan. Selain itu miliaran
mikroorganisme mati akibat penggunaan pertisida (racun) yang berlebihan.
Kondisi demikian tentunya harus kita sikapi secara bijak, biasakan menggunakan
pupuk organik dan biofungisida agar alam kita tetap lestari. (seira-admin) sumber : Ir. Suryanti Ngesti Rahayu Ridho Yahya (Cybex-deptan)